KAJIAN SEMIOTIK JEAN BAUDRILLARD DALAM IKLAN TELEVISI NESTLE BEAR BRAND

Main Article Content

Raden Roro Widya Dhana Kusuma Nararya
Rangga Cahyo Mukti Laksana

Abstract

Iklan sebagaimana yang disampaikan oleh Kotler harus dapat memuat pesan yang menarik perhatian, mempertahankan ketertarikan, membangkitkan keinginan, serta menggerakkan tindakan. Dalam hal ini, iklan televisi Nestle Bear Brand berusaha menyajikan pesan melalui tanda-tanda visual berupa naga putih yang masuk ke dalam kaleng susu beruang.  Sebagai bagian dari masyarakat yang mengonsumsi tanda-tanda visual tersebut, penulis ingin mendapatkan kesimpulan akademis terkait absurditas kode dalam iklan televisi Nestle Bear Brand yang hingga kini masih menjadi perbincangan publik.  Dengan mengkaji fenomena tersebut dalam perspektif semiotika Jean Baudrillard, penulis mendapati kesimpulan bahwasanya tidak ada kebenaran absolut dalam sebuah iklan, yang ada hanya simulasi. Absurditas kode yang diciptakan oleh iklan televisi Nestle Bear Brand adalah sebuah media dalam menyampaikan pesan. Sebagai produsen makanan dan minuman terbesar di dunia, Nestle Bear Brand ingin menciptakan realitas untuk produknya guna lebih menanamkan citra di benak audiens. Adapun makna dari tanda visual yang diciptakan adalah bagaimana produsen susu steril ini selalu menjaga kualitas produknya hingga khasiatnya tidak perlu diragukan lagi, terdepan dalam hal menjaga keseimbangan tubuh dari berbagai ancaman penyakit.

Article Details

How to Cite
Nararya, R. R. W., & Laksana, R. C. (2022). KAJIAN SEMIOTIK JEAN BAUDRILLARD DALAM IKLAN TELEVISI NESTLE BEAR BRAND. ASKARA: Jurnal Seni Dan Desain, 1(1), 29-34. https://doi.org/10.20895/askara.v1i01.589
Section
Articles

References

[1] S. Hastuti, “Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat di Televisi,” J. Ilmu Komun., vol. 2, no. 2, pp. 67–71, 2013.
[2] “Home | Nestlé Indonesia | Nestlé.” https://www.nestle.co.id/ (accessed Nov. 26, 2021).
[3] R. Kusumo, “Menyoal Susu Beriklan ‘Naga’ yang Dipercaya Bisa Atasi Covid-19.” https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/07/05/menyoal-susu-beriklan-naga-yang-dipercaya-bisa-atasi-covid-19 (accessed Feb. 05, 2022).
[4] A. AS and N. M. Umaya, Semiotika Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra. 2010.
[5] T. Saumantri and A. Zikrillah, “Teori Simulacra Jean Baudrillard dalam Dunia Komunikasi Media Massa,” ORASI J. Dakwah dan Komun., vol. 11, no. 2, p. 247, 2020, doi: 10.24235/orasi.v11i2.7177.
[6] A. Arsita, “Simulakra Baudrillard dalam Multidimensi Posmodernisme: Kajian Fotografi Makanan dalam Media Sosial Instagram,” REKAM J. Fotogr. Telev. dan Animasi, vol. 13, no. 2, p. 85, 2017, doi: 10.24821/rekam.v13i2.1932.
[7] H. Ridwan, M. Masrul, and J. Juhaepa, “Komunikasi Digital pada Perubahan Budaya Masyarakat E-Commerce dalam Pendekatan Jean Baudrillard,” J. Ris. Komun., vol. 1, no. 1, pp. 99–108, 2018, doi: 10.24329/jurkom.v1i1.17.
[8] S. Tesis, “Pengertian dan Jenis Metode Deskriptif,” idtesis.com, 2012. https://idtesis.com/metode-deskriptif/ (accessed Jun. 04, 2022).
[9] C. Siadari, “Sumber dan Jenis Data,” kumpulanpengertian.com, 2018. https://www.kumpulanpengertian.com/2018/11/sumber-dan-jenis-data.html (accessed Jun. 03, 2022).
[10] R. Kasali, Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting, dan Positioning. 2007.
[11] M. Mufida, “Analisis Semiotika Roland Barthes,” Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, 2016.
[12] R. C. Islam, “Simulacra sebagai Kritik Atas Modernisme (Studi Analisis Atas Pemikiran Jean P. Baudrillard),” Aqidah dan Filsafat Islam, vol. 2, no. 105, 2017.