PERAN BECAK TRADISIONAL DALAM MENDUKUNG PARIWISATA DI KAWASAN MALIOBORO YOGYAKARTA

Main Article Content

Laurensius Windy Haryanto
Rahmania Almira
Ahmad Rieskha Harseno

Abstract

Di masa perkembangan zaman yang semakin modern ini, Kota Yogyakarta berkembang dengan mempertahankan nilai kebudayaan dan kesejarahan yang dimiliki sebagai identitas daerah. Identitas tersebut menjadikan Kota Yogyakarta memiliki daya tarik wisata baik oleh wisatawan domestik maupun internasional. Salah satu warisan budaya di bidang transportasi yang masih ada di Kota Yogyakarta adalah becak tradisional. Di era perkembangan teknologi yang pesat, becak tradisional masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi sebagian besar pengemudi becak. Dalam mewujudkan upaya pelestarian, kini becak tradisional dimanfaatkan sebagai transportasi alternatif pendukung pariwisata di Kota Yogyakarta. Berlandaskan hal tersebut, maka penelitian ini membahas peran becak dalam meningkatkan potensi wisata di Kota Yogyakarta, khususnya kawasan wisata Malioboro dan berbagai faktor pendukungnya. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan perolehan data melalui observasi dan wawancara secara purposive sampling. Hasil penelitian ini menemukan bahwa becak tradisional menjadi sarana yang mampu memperkenalkan berbagai tempat wisata di Kota Yogyakarta dan promosi berbagai pelaku usaha yang berada di kawasan Malioboro.

Article Details

How to Cite
Haryanto, L., Almira, R., & Harseno, A. (2022). PERAN BECAK TRADISIONAL DALAM MENDUKUNG PARIWISATA DI KAWASAN MALIOBORO YOGYAKARTA. ASKARA: Jurnal Seni Dan Desain, 1(1), 73-80. https://doi.org/10.20895/askara.v1i01.730
Section
Articles

References

[1] Andriansyah, Manajemen Transportasi dalam Kajian dan Teori. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 2015.
[2] L. Suranny, “Moda Transportasi Tradisional Jawa (Traditional Transportation Equipment in Java),” J. Penelit. Arkeol. Papua, vol. 8, no. 2, pp. 217–231, 2016.
[3] Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Pola Pengembangan Transportasi Wilayah. 2015.
[4] Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Moda Transportasi Tradisional Becak dan Andong. 2016.
[5] H. Pramudia, “Tingkat Kepuasan Wisatawan Terhadap Kualitas Pelayanan Becak Wisata Kota Yogyakarta,” Universitas Gadjah Mada, 2013.
[6] Risdiyanto, I. J. Koenti, and E. U. Hasanah, “Karakteristik Pengemudi, Layanan, Serta Fisik Becak Dan Andong Di DIY,” Pros. Semin. Nas. Tek. Sipil V, no. 55, pp. 91–99, 2015.
[7] Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta, “Laporan Akhir Kajian Penanganan Angkutan Tradisional 2017,” Yogyakarta, 2017.
[8] E. A. Rusqiyati, “Dishub Yogyakarta: jumlah becak kayuh makin berkurang,” AntaraNews.com, 2018. https://www.antaranews.com/berita/733582/dishub-yogyakarta-jumlah-becak-kayuh-makin-berkurang (Diakses 7 April 2019).
[9] P. A. Rahayu, “Polemik Kebijakan Penataan Kawasan di Kota Yogyakarta (Studi Kasus : Kebijakan Penataan Kawasan Malioboro menjadi Kawasan Semi Pedestrian),” Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2015.
[10] Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun. 2019.
[11] I. K. S. Mustika, “Hanya Andong, Becak, dan Trans Jogja yang Boleh Lewat Malioboro Tahun Depan,” HarianJogja.com, 2018. https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2018/03/31/510/907185/hanya -andong-becak-dan-trans-jogja-yang-boleh-lewat-malioboro-tahun-depan (Diakses 14 Mei 2019).
[12] H. Van Yogya, The Becak Way, Ngudoroso Inspiratif di Jalan Becak. Solo: Metagraf, 2011.
[13] B. Suwarmintarta, “Becak Pariwisata Yogyakarta dan Kesahajaan Promosi Pariwisata,” Buletin Tata Ruang, 2008.
[14] Statistik Kepariwisataan Yogyakarta 2019
[15] Statistik Kepariwisataan Yogyakarta 2020